Jakarta (jambimantap.com) Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) menggelar acara Puncak Harlah IPPNU ke-68 di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (11/3/2023).
Dalam acara ini, IPPNU mengajak seluruh instrumen organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dan seluruh pelajar putri di Indonesia untuk melakukan optimalisasi dalam menciptakan ruang aman bagi pelajar.
Dalam acara betema “Khidmat Abad Kedua NU, Pelajar Putri Progresif Tanpa Batas” tersebut, pengurus IPPNU juga membacakan “Deklarasi Pelajar Putri”. Deklarasi tersebut disampaikan di hadapan puluhan pelajar putri yang hadir.
Acara puncak harlah IPPNU berdekatan dengan moment international women’s day.
Sebagaimana Tujuan ke-5 Sdgs (Pembangunan Berkelanjutan) dimana salah satu target yang ingin dicapai secara global adalah mengenai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan.
Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia, bahwa persentase kekerasan terhadap perempuan masih cukup tinggi sekitar 41,7%, kekerasan ini juga terjadi di dunia maya.
Pada tahun 2021, KPAI mencatat terjadi 53 kasus anak korban perundungan di lingkungan sekolah dan 168 kasus perundungan di dunia maya.
Sedangkan dari Januari hingga 2022, kasus perundungan di sekolah meningkat menjadi 81 kasus. Sebaliknya, kasus perundungan di dunia maya menurun menjadi 18 kasus.
Merespon hal tersebut, PP IPPNU dalam rangka Resepsi Harlah IPPNU Ke-68 menggelar kegiatan Diskusi Panel dengan tajuk IPPNU Bertanya Alumni Menjawab, DigtAll: Pelajar Putri Mencari Ruang Aman di Dunia Digital. Serta Deklarasi Pelajar Putri; "Ciptkan Ruang Aman Bagi Pelajar di Dunia Digital"
Hal ini dilakukan untuk menguatkan langkah untuk bisa mengkampanyekan ruang aman bagi pelajar baik di lingkungan belajar maupun di dunia digital.
“Dari deklarasi itu kita ingin bersama-sama seluruh instrument IPPNU dan statholder yang ada untuk menciptakan ruang aman bagi pelajar di dunia digital, khususnya pelajar putri,” ujar Ketua Umum IPPNU, Whasfi Velasufah saat ditemui di sela-sela acara Puncak Harlah IPPNU ke-68 di Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu (11/3/2023).
Aktivis perempuan yang akrab dipanggil Vela ini mengatakan, di Indonesia sekarang ini ada tiga dosa besar dunia pendidikan, yaitu intoleransi, bullying atau perundungan, dan kekerasan seksual. Menurut dia, kekerasan seksual sendiri saat ini tidak hanya terjadi di dunia nyata, tapi juga di dunia maya.
“Sekarang tidak hanya di dunia nyata, dunia maya juga banyak terjadi kekerasan,” ucap Vela.
Kedepannya, menurut Vela, IPPNU akan terus mengampanyekan ruang aman. Karena, menurut dia, masih banyak kalangan pelajar yang belum peduli tentang masalah ini. Sehingga, dalam beberapa waktu terakhir di dalam pendidikan pesantren pun banyak pelajar putri yang menjadi korban.
Ippnu berharap harlah ini sebagai refleksi kita bersama untuk ikut mewujudkan cita2 kesetaraan dalam akses dan inovasi teknologi serta arus informasi
Dengan ini IPPNU mengajak seluruh pelajar indonesia dan para pemangku kebijakan “mari sama-sama kita ciptakan ruang aman belajar bagi pelajar”
Berikut lima poin “Deklarasi Pelajar Putri: Ciptakan Ruang Aman Bagi Pelajar di Dunia Digital” yang dibacakan pengurus IPPNU periode 2022-2025:
1. IPPNU siap medukung segala bentuk ide dalam mengembangkan digital sebagai ruang bersama.
2. IPPNU mengajak seluruh pelajar di Indonesia untuk berupaya menciptakan ruang aman dan setara bagi pelajar putri di dunia digital.
3. IPPNU akan berkolaborasi dalam meningkatkan kemampuan literasi digital guna terciptanya pelajar yang inovatif dan kreatif.
4. Pelajar putri NU mengecam keras segala bentuk perundungan dan kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan.
5. Pelajar putri NU berkomitmen menumbuhkan rasa aman dan nyaman antar pelajar untuk siap terlibat dalam perkembangan teknologi di masa depan.
0 Comments