Header Ads Widget

jambimantap

"Tegangan Meningkat: Konflik Politik Memanas di Daerah Rawan"

politik, pilkada serentak, pilwako, sungai penuh, jambi


SUNGAI PENUH - Pilkada serentak pada pemilihan Walikota Sungai penuh dengan 5 pasangan calon yang akan menahkodai Kota Sungai Penuh dan sejauh ini Alfin - Azhar Ungguli keempat pasangan calon lain.


Namun ada yang menarik pada perhelatan pilkada ini, Kota Sungai penuh yang selalu menempati salah satu posisi tertinggi dengan daerah yang rawan konflik politik tingkat nasional, tahun ini membuktikan hal itu. adanya perusakan kotak suara dengan cara dibakar oleh beberapa oknum tim pemenangan calon walikota.


Pelaku perusakan tersebut berhasil diamankan oleh pihak berwajib Polres Kerinci. perusakan ini terjadi tidak hanya pada satu TPS, melainkan terjadi di 5 TPS Kota Sungai Penuh.


Dugaan kuat bahwa pelaku perusakan kotak suara tersebut melibatkan ajudan Calon petahana , tentu ini menjadi perhatian publik. sebab belum usai petahana yang terlibat kasus korupsi dana hibah KONI kota sungai penuh, ajudannya ikut melenggang kedalam tindak pidana khusus.


Petahana, yang terlibat kasus korupsi harus menerima pil pahit dari hasil pilkada 2024 yang berhasil ditumbangkan oleh pendatang dan penantang yaitu Alfin-Azhar, kekalahan telak itu membuat Petahana tak mampu menjaga kursinya.


Seakan jatuh tertimpa tangga, terlibat kasus korupsi, kalah pada pemilu dan dugaan ajudannya yang ikut terlibat dalam perusakan kotak suara.


Terlepas dari apapun itu

Gandhi Wira Azani Yang merupakan Tokoh Muda Kota Sungai Penuh mengajak untuk kembali saling menghargai dan mencintai sebab pertempuran telah usai. Tokoh Muda Kota Sungai Penuh tersebut juga menyampaikkan bahwa kompetisi seringkali mengarah pada kolusi dan koalisi yang menimbulkan potensi konflik.


" Dehumanisasi, destruktivitas, dekadensi moral merepresentasikan sebuah masyarakat yang tidak sehat. Sehingga eliminasi, segregasi dan diskriminasi menciptakan sistem yang kompetitif dimasyarkat kita. Kompetisi itu sering kali mengarah pada kolusi dan koalisi. Potensi konflik pun mulai membesar dan masing-masing pihak mulai memposisikan diri sebagai lawan dan menganggap lawan itu adalah iblis yg harus dibunuh.

Lalu apa yg hilang dari kita?

Kita kehilangan cinta kolektif sebagai jembatan untuk mengaktifkan kemanusiaan. Andai yg kita kenal adalah konsepsi pertemanan tanpa ada konsep tentang lawan, pastinya kompetisi akan berjalan sehat. Pertempuran telah usai mari mulai untuk saling menghargai dan mencintai sebagai manusia biasa. Saat cinta tumbuh, dehumanisasi akan gugur dengan sendirinya bak daun kering jatuh dari batangnya. "  Ungkap Gandhi yang merupakan Tokoh Muda tersebut.

(Inisial R)

Post a Comment

0 Comments